'

Perang Melawan diri Sendiri

Hari ini, kita memperingati Hari Guru Nasional.
Siapakah guru favorit Anda? Atau siapa guru yang berhasil menginspirasi hingga Anda menjadi diri Anda yang sekarang?

Sambil menemani Hari Guru ini, saya memberikan sebuah artikel perenungan tentang bagaimana Anda "melawan" diri sendiri. Melawan di sini artinya, Anda "berperang" dengan kelemahan Anda sendiri; pikiran-pikiran negatif yang sering muncul, rasa malas, dll. Bagaimana cara membiasakan diri untuk terbebas dari hal-hal itu? Mari dibaca!
Perang Melawan diri Sendiri
Pernahkah Anda merasakan kebosanan?
Pernahkah Anda mengalami perasaan ingin menyerah kalah dengan persoalan yang dihadapi?
Pernahkah Anda mendapati diri merasa malas melakukan apa saja?
Pernahkah Anda menunda sesuatu yang berakibat pekerjaan menumpuk?
Pernahkah Anda merasa tertekan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan?
Pernahkah Anda merasa kurang dihargai oleh atasan di pekerjaan?
Pernahkah Anda merasa tidak nyaman sehingga ingin keluar dari pekerjaan? 


Jika Anda menjawab YA dari salah satu pertanyaan di atas, Anda sedang jujur pada diri sendiri. Sebab, kita sebagai manusia, sangat manusiawi jika mengalami masalah. Dan, apa yang disebut di atas, adalah sebagian masalah yang sering dialami oleh manusia dalam interaksi kehidupannya sehari-hari, termasuk di lingkungan pekerjaan.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana masing-masing dari kita menghadapi itu semua? Bagaimana kita bisa survive di tengah tantangan yang terus terjadi? Bagaimana pula, seseorang bisa berhasil mengatasi dan kemudian berhasil naik jenjang kariernya, sementara yang lain biasa-biasa saja? Atau, ada yang berhasil mengatasi berbagai persoalan, namun entah mengapa kariernya tetap jalan di tempat. Ada banyak faktor yang berpengaruh. Tapi, sebagian besar, sebenarnya berujung pangkal pada diri kita sendiri!

Saat stres atau tertekan, siapa yang paling menderita? Diri kita sendiri! Tapi, siapa yang “memutuskan” untuk mengalami perasaan stres dan tertekan? Diri kita sendiri juga! Artinya, kita sendirilah yang menanggung dan sekaligus merasakan akibat dari pilihan yang kita lakukan. Sebaliknya, saat berprestasi, siapa orang yang paling bangga dengan perolehan tersebut? Diri kita sendiri! Dan, siapa yang paling berjasa sehingga kita bisa meraih hasil maksimal itu? Diri kita juga! Artinya, semua bersumber dari diri kita. Diri kitalah kawan sekaligus musuh yang harus dikendalikan. Diri kitalah sumber sukses dan sekaligus kegagalan yang setiap saat selalu siap mengancam. Diri kitalah yang menentukan, karier seperti apakah yang akan kita raih dan wujudkan di masa depan.

Dengan kesadaran penuh bahwa diri kita sendirilah yang bertanggung jawab terhadap raihan prestasi dan karier yang ingin dicapai, sudah saatnya pula kita tegas pada diri sendiri, kita harus siap “berperang” pada hal-hal yang melemahkan diri.

• Musnahkan “tikus-tikus” yang menggerogoti semangat
Kadang, ketika sedang on fire, semangat kita menggebu-gebu untuk bisa menyelesaikan semua pekerjaan dalam waktu singkat. Saat semacam itu, jika terus dipelihara, pasti akan menghasilkan prestasi yang luar biasa. Namun, sering kali, ketika sedang bersemangat, ada saja pikiran yang menyusup dan mengatakan, “Ah… nanti saja, bos belum datang,” atau “Istirahat sejenak dulu, kamu berhak istirahat. Kan kemarin sudah bekerja sangat keras,” atau “Yang lain saja santai-santai, mengapa harus ngebut. Toh besok juga masih ada waktu.” Itulah “tikus-tikus” kecil yang iseng dan sering kali “menjebak” kita dengan “undangan” yang menggoda.

Jika dituruti, memang terasa nyaman dan menyenangkan. Tapi, itu sebenarnya adalah “panggilan” yang akan melenakan. Sebab, kalau kita berhenti sejenak, ibarat mesin diesel yang butuh waktu untuk pemanasan mesin, bisa jadi kita akan kembali melembek daya kerjanya. Padahal, kalau tidak dituruti, akan banyak pekerjaan yang bisa segera kita selesaikan. Karena itu, jika “tikus” tersebut kembali mengganggu, segera musnahkan dengan ketegasan kita untuk memilih tetap bekerja dan berkarya secara maksimal. Atau, jika ingin dituruti—toh memang kadang tubuh kita butuh istirahat—berikan batasan waktu pada diri sendiri.

• Kuatkan daya membal Anda
Seperti bola karet yang dipantulkan dengan sangat keras ke bumi, makin keras makin kuat juga daya membal atau pantulannya. Sekali lagi ini juga soal pilihan. Ketika “terbanting” kala menghadapi ujian karier—diremehkan, kurang dianggap, atau bahkan terkena office politic—kita bisa berdiam diri, meratapi nasib, atau bahkan menyerah kalah. Atau sebaliknya, kita memerangi sikap putus asa dengan terus berjuang, membal kembali laksana bola karet yang dihujamkan dengan keras ke bumi.

Salah satu cara agar daya membal kita kuat adalah dengan mempelajari “sejarah” masa lalu. Mark Katz, PhD, yang mengembangkan sebuah penelitian The Resilience Through the Lifespan Project—atau penelitian ketahanan dalam hidup—menemukan fakta bahwa mereka yang mempelajari masa lalu—saat menghadapi situasi sulit dan berhasil melewatinya—bisa menjadikan pembelajaran itu sebagai bekal untuk “membal” ketika kembali menghadapi masa sulit. Maka, ketika dulu pernah disakiti oleh teman sekantor, jangan putus asa. Bisa jadi pembelajaran masa itu akan bermanfaat di masa ujian lebih besar akan terjadi di kemudian hari.

• Jadilah sang “Terminator”!
Pernah menonton film legendaris yang diperankan oleh Arnold Schwarzenegger berjudulTerminator? Dalam film itu, ada satu kalimat yang jadi andalan: “I’ll be back!” atau “Saya akan kembali!” Dengan setting sebagai robot yang nyaris hancur, makin keras benturan yang dihadapi, makin keras musuh mengganas, makin kuat juga perjuangan yang dilakukan sang Terminator. Kembali dan kembali lagi dengan semangat nan tak kunjung padam.

Semangat kokoh inilah yang sebenarnya juga kita miliki, yang tercermin dari saat kita belajar berjalan atau bersepeda di masa kecil. Semangat lebih ngotot daripada ngotot ini bisa menjadi pembangkit semangat saat karier kita seperti sedang berada di tempat yang begitu-begitu saja. Atau, semangat ini akan menyelamatkan kita ketika ganjalan di karier sedang kita hadapi. Untuk itu, kita harus terus “berperang” dengan keyakinan yang kadang goyah oleh ujian superberat. Atau, kita harus “berperang” dengan godaan yang melemahkan, seperti sifat malas, suka menunda, atau tak menuntaskan pekerjaan. Jika ingin karier berjalan maksimal, jadilah sang Terminator yang tak akan patah semangat sebelum benar-benar hancur.

Nah, perang seperti apa yang akan kita hadapi dalam karier yang sedang kita jalani? Semua kembali kepada kita. Amunisi dan persenjataan yang lengkap sudah ada dalam diri kita. Kini, tinggal keputusan kita mau menggunakan secara maksimal atau tidak, utamanya saat berperang dengan diri sendiri. Anda siap?


Perang Melawan diri Sendiri Perang Melawan diri Sendiri Reviewed by kipas ac on 00.39 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.